Kembali Ke Analog
Empat hari yang lalu, Rabu 10 Juni 2015 , aku membeli sebuah buku tulis Front Notebook DV68-A501 dan pulpen Pilot G2 0.38 mm. Dan mulai saat ini kedua alat tulis itu akan menjadi alat menulisku sehari-hari.
Sekitar empat belas tahun yang lalu, di awal tahun 2001, aku mencanangkan revolusi digital. Digitalisasi dokumen, foto, musik dan film serta semua aspek yang bisa ditransfer dan disimpan dalam bit-bit digital. Maklumlah baru punya komputer, tercanggih di zaman itu.
Saat itu, intenet sedang menuju puncak. Yahoo dan email adalah sinonim. Google baru terdengar sayup-sayup. Facebook dan Twitter belum lahir. Kamera digital mulai muncul sedangkan handphone berkamera belum ada. Teknologi handphone tercanggih hanya bisa sekedar untuk telpon dan SMS. Mp3 mulai menggila, meski CD dan kaset masih kokoh eksis.
Format digital memang sangat menjanjikan, mudah, cepat dan murah. Mulailah digital menjadi format resmiku untuk buku, dokumen, foto, musik, film dan lain-lain. Yang belum digital sebisa mungkin ditransfer ke format digital, kalau beli yang baru sebisa mungkin dalam format digital. Komputer menjadi markas file-file tersebut, sedangkan Palm Tungten E menjadi kendaraan bila bepergian.
Aku pun mulai terbiasa dengan membaca dan menulis secara digital. Membaca melalui layar monitor komputer, PDA dan handphone. Menulis pun melalui ketukan keyboard dan stylus. Interaksi dengan pulpen, pensil dan kertas berangsur-angsur berkurang, sampai akhirnya hampir-hampir tidak pernah bersentuhan lagi.
Terkadang aku sangat merindukan membaca dan menulis dengan kertas lagi. Bahkan bila ada yang bertanya kepadaku apa hal yang sangat ingin kau lakukan, maka jawabanku adalah : “membawa kertas dan pensil ke tengah samudera, sendiri, menulis puisi”.
Membaca buku yang dicetak di atas kertas dan menulis di atas kertas dengan pulpen atau pensil adalah kegiatan yang sangat spesial. Ada nuansa unik yang tidak bisa digantikan dengan format digital, meskipun format digital menjadikannya lebih mudah dan cepat. Membaca ebook memang lebih praktis, tidak usah membawa buku yang berat. Menulis dengan ketikan keyboard pun lebih cepat, lebih produktif.
Tapi apa iya begitu?